Saturday, November 24, 2012

Mengapa Bos Tak Boleh Dipacari?

Kita memang tak bisa mengatur dengan siapa kita jatuh cinta. Tetapi jika kebetulan Anda jatuh cinta dengan atasan Anda, dan Anda berniat untuk lebih serius menjalani hubungan tersebut, ada baiknya Anda segera mengundurkan diri dari perusahaan. Sebab, menjalin hubungan dengan bos sama sekali tak mudah. Boleh dibilang, lingkungan pergaulan tak akan berpihak pada Anda dan Anda justru akan sangat dirugikan.

Hal ini dikarenakan menjalin hubungan dengan atasan membuat posisi Anda mudah diserang, demikian menurut konsultan manajemen Marc Dorio. Jika hubungan Anda kandas, hubungan Anda dan bos yang mantan kekasih itu jadi kaku. Lalu, si bos bisa saja membuat hidup Anda menjadi sangat tidak nyaman, bahkan karier Anda bisa terancam. Namun, ini bergantung pada karakter bos Anda.

Sebaliknya, jika hubungan Anda berjalan mulus, rekan kerja yang lain akan memergoki hubungan yang Anda jalani diam-diam tersebut. Begitu Anda ketahuan, orang lain akan menganggap setiap pencapaian yang Anda lakukan adalah hasil dari hubungan Anda dengan atasan, bukan hasil kerja keras Anda. Rekan kerja perempuan akan bergunjing mengenai Anda, sedangkan rekan kerja pria yang "berdarah dingin" bisa saja mencoba menyabotase Anda karena merasa kehilangan peluang mendapatkan posisi yang dia inginkan.

"Memang bukan ide yang baik untuk mengencani atasan Anda, tapi Anda perlu memutuskan apakah Anda ingin mengambil risiko tersebut dan apakah hal itu layak dijalani," papar Pat Stonehouse, founder dan pakar etiket bisnis dari Advancing with Style di Toronto, Canada.

Paling tidak, menurut dia, ketika Anda tertarik dengan si bos, Anda perlu mempertimbangkan untuk pindah ke divisi lain atau ke anak perusahaan lain. Atau, Anda memang terpaksa harus melupakan hasrat untuk menjalani hubungan tersebut jika Anda menjadikan karier Anda sebagai prioritas. Bagaimanapun, atasan harus selalu diperlakukan sebagai tipe karyawan yang berbeda.

"Mereka ini, kan, orang-orang yang memutuskan apakah kita bisa dipromosikan, mendapat kenaikan gaji, harus dipecat atau dipertahankan. Anda pasti juga ingin dihormati oleh mereka dan pada akhirnya mereka memang memiliki pengaruh mengenai nasib kita di perusahaan," tambahnya.

Bayangan untuk berpisah dengan si bos karena Anda memilih pindah bagian atau pindah ke kantor lain memang berat. Namun, Anda juga perlu mengingat sisi baiknya, ketika Anda tak lagi terikat hubungan atasan-bawahan, Anda bisa lebih mudah mengejar hubungan cinta yang lebih serius bersamanya. Dan, tak ada rekan kerja yang membuat Anda stres karena gunjingannya.

Ini Sembilan Alasan Jabatan Bos Tak Mampir ke Anda

 Anda merasa sudah bekerja sebaik mungkin, sudah menapaki jenjang karier dari bawah, tetapi mengapa promosi jabatan yang Anda impikan tidak juga mampir ke tangan Anda? Alison Green, konsultan karier yang juga penulis buku Managing to Change the World: The Nonprofit Manager's Guide to Getting Results, membeberkan 9 masalah umum yang mungkin menjadi alasannya:

1. Penampilan Anda kurang meyakinkan.
Masa sih, penampilan itu menjadi faktor penentu? Rasanya tidak fair, namun begitulah adanya. Mungkin Anda sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengenakan business attire yang terkesan paling formal, atau profesional. Namun, bisa saja hal itu justru memengaruhi cara orang memahami Anda, dan peluang apa yang ditawarkan pada Anda. "Pakaian" yang terbaik datang dari pembawaan Anda sendiri, berupa kepercayaan diri, kemampuan memotivasi, dan kepribadian cemerlang lainnya.

2. Anda tidak becus mengelola waktu.
Sebagai manajer, Anda tidak hanya harus mencatat semua pekerjaan atau progres yang telah mereka lakukan, tetapi juga pekerjaan orang lain. Jika Anda tidak mampu mengelola projek atau tugas-tugas Anda sendiri, mustahil anak buah Anda punya keyakinan bahwa Anda akan mampu mengawasi kerja seluruh anggota tim, kan? 

3. Kurang cekatan menanggapi percakapan yang sulit.
Manajer tentu akan sering menghadapi percakapan yang sulit. Mereka harus membuat  keputusan-keputusan yang tidak populer bagi karyawannya, sambil tetap menegakkan standar dan konsekuensi yang ada. Anda tak akan dipandang berpotensi sebagai manajer jika Anda cenderung menjauhkan diri dari perbincangan yang sulit, atau sebaliknya, terlalu agresif dan konfrontatif.

4. Gemar bergunjing.
Sebagai atasan, seharusnya Anda tidak memihak, dan selalu bersikap objektif. Tidak hanya itu, sikap tidak memihak itu harus kentara. Jika Anda sudah melanggar batas-batas profesional di dalam kantor, akan sulit untuk membangun kembali batas-batas tersebut sebagai seorang manajer.

5. Tidak tahu bagaimana membuat prioritas.
Saat bekerja, Anda pasti akan menerima beragam tawaran atau peluang untuk mengerjakan suatu projek. Menerima semua tawaran tersebut jelas tidak mungkin. Anda harus mampu mengidentifikasi projek yang paling penting, karena harus meluangkan waktu dan sumber daya untuk melakukannya, dan kemudian tetap fokus pada tujuan. Jika membuat prioritas saja sudah kesulitan, masalahnya tentu akan semakin kompleks.

6. Tidak mampu membina hubungan dengan atasan Anda sendiri.
Mengelola hubungan tidak hanya bersifat ke bawah, tetapi juga ke atas. Kemampuan Anda untuk membina hubungan ke atas akan semakin penting ketika Anda makin menapaki tangga jabatan. Untuk itu Anda perlu melatih komunikasi, menyelaraskan diri dengan harapan-harapan yang diberikan oleh atasan, dan memenuhi kebutuhan atasan dengan cara yang dia kehendaki secara profesional. Jika Anda tak memiliki kemampuan ini, jangan harap peran yang lebih tinggi akan Anda dapatkan. 

7. Anda gemar menggerutu.
Sebagai atasan, Anda harus memiliki kematangan dalam bersikap, khususnya dalam memahami bahwa kebijakan-kebijakan perusahaan yang dirasa mengganggu atau merugikan kenyamanan karyawan sebenarnya diberlakukan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Anda juga membutuhkan penilaian tersebut untuk meningkatkan kepedulian secara profesional, yang dilakukan melalui jalur yang tepat, dan bukannya membaginya dengan siapa saja yang bersedia mendengarkan. 

8. Anda hanya mau mengerjakan tugas-tugas Anda sendiri.
Setiap orang pasti memiliki job description sendiri sesuai posisi atau divisinya. Hanya memenuhi tugas-tugas Anda saja tidak akan cukup membuat Anda dipromosikan. Dalam penilaian karya, pencapaian Anda tersebut hanya dianggap "meet expectation". Promosi akan diberikan kepada mereka yang bekerja melebihi harapan, dan selalu mencari cara-cara untuk memperbaiki kinerja secara terus-menerus.  

9. Tidak memastikan bahwa pencapaian Anda "dilihat".
Bukannya mau pamer kemampuan diri Anda, atau menunjukkan bahwa Anda mampu berprestasi. Tetapi jika tidak ada orang yang mengetahui pencapaian-pencapaian tersebut, penghargaan yang Anda harapkan tidak akan Anda terima. Jangan ragu untuk menunjukkan prestasi Anda tersebut kepada atasan Anda, entah itu berupa tinjauan dari klien, atau cara Anda memecahkan masalah di kantor yang bisa menghindarkan perusahaan dari kerugian.

Tujuh Hal yang Tidak biasa Dilakukan Bos Hebat


Bagi karyawan, Anda tidak dianggap sebagai manusia. Anda bos.

(Ini seperti waktu Anda masih sekolah dan melihat guru di supermarket. Rasanya seram dan tidak nyaman karena guru bukanlah manusia. Mereka adalah guru!)

Bagaimana cara mendekatkan bos dan karyawan? Salah satu cara mudahnya adalah meminta bantuan. Tapi jangan memintanya dengan cara yang salah.

Jangan membusungkan dada, menggunakan kekuasaan dan posisi, serta memintanya dengan suara berat, "Begini, John, saya butuh bantuanmu." John tahu Anda tidak benar-benar membutuhkan bantuannya. Anda sedang menyuruh dia.

Cobalah meminta dengan benar. Bayangkan Anda telah bepergian ke tempat yang asing, Anda hanya tahu beberapa kata dari bahasa setempat, dan Anda tersesat dan sedikit takut.

Bagaimana Anda meminta bantuan? Anda akan rendah hati. Anda akan jujur. Anda akan merasa sedikit takut dan merendahkan kepala Anda sedikit dan berkata, "Bisakah Anda membantu saya?" Dengan ditanya seperti itu, John akan tahu Anda benar-benar membutuhkan bantuan. Dengan terlihat sedikit lemah Anda akan membuang dinding antara Anda dan karyawan, dan Anda tidak takut untuk menunjukkannya.

Dengan terlihat sedikit lemah, Anda akan mengangkat orang lain. Anda secara tegas mengakui keahliannya sambil memperluas kepercayaan. Dan Anda membuat contoh yang bagus: Meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan. Justru tanda kekuatan.

Mereka memberikan dorongan
Dari sudut pandang karyawan ide terbaik tidak pernah berasal dari ide Anda. Ide terbaik adalah ide mereka, dan memang demikian. Jadi tidak perlu menjelaskan apa yang ingin dilakukan. Beri ruang untuk inisiatif. Beri ruang untuk rasa memiliki.

Ketika Anda menjelaskan apa yang ingin dilakukan, berikan ruang bagi karyawan untuk menerima ide Anda dan membuat ide mereka sendiri.

Mereka akan melakukan lebih dari yang Anda bayangkan — dan mereka akan merasakan kepuasan, yang didapatkan karena mengerjakan lebih dari yang diminta.

Mereka memberikan perhatian yang tak terduga

Semua orang suka diperhatikan. Sayangnya Anda tidak punya waktu untuk untuk setiap karyawan.

Jadi manfaatkan waktu yang Anda miliki. Jangan hanya mengomentari hal-hal besar, hal-hal yang memang harus menjadi fokus Anda. Perhatikan pula detail kecil.

Memuji hal tertentu bisa digunakan untuk memperlancar transisi dari konflik pelanggan menjadi penyelesaian masalah. Puji bagaimana ia bekerja dari satu meja ke meja karyawan lain untuk mengambil dokumen yang bisa dia kirimkan dalam perjalanan ke kantor lain.

Pilih sesuatu yang kecil, sesuatu yang positif, sesuatu yang berguna — yang tidak terduga — untuk menunjukkan Anda benar-benar memperhatikan.

Pilih sebuah hal kecil dan karyawan akan tahu Anda memperhatikan dan tidak hanya akan membuat mereka bekerja lebih keras, yang lebih penting lagi mereka akan merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Memberikan waktu bagi karyawan untuk istirahat
Bawahan Anda membuat kesalahan fatal. Tidak hanya Anda sedikit kesal, ini adalah momen mendidiknya. Anda merasa terdorong untuk berbicara tentang hal itu, mungkin panjang lebar.

Tapi jangan lakukan. Untuk karyawan yang baik, pelajarannya mungkin sudah dia terima. Tatap matanya, mengangguk, biarkan saja, dan bantulah dia memperbaiki masalah.

Sesekali karyawan perlu istirahat. Ketika mereka mendapatkannya, mereka tidak pernah melupakannya. Dan mereka berusaha sangat keras untuk menunjukkan mereka pantas istirahat.

Mereka membiarkan karyawan melihat isi perusahaan

Bos saya hampir berteriak pada pemasok yang terlambat. Memang tidak terlambat tapi hampir saja. Di tengah-tengah "diskusi”, ketika pemasok pergi, dia berbalik dan mengedipkan mata padaku.

Bos saya mengisyaratkan bahwa emosi hanya untuk memberikan efek, dia punya rencana dan dia membiarkan saya tahu beberapa hal. Saya adalah orang dalam. Kami adalah mitra.

Kami berada di dalamnya bersama-sama.

Sangat mudah, sebagai karyawan, tidak merasa seperti Anda dan atasan Anda berada di dalamnya bersama-sama. Pastikan karyawan Anda melakukannya. Biarkan mereka mengintip sesekali ke dalam.

Mereka memberikan pujian tidak pada tempatnya

Pujian tidak selalu harus diraih. Terkadang pujian bisa menjadi seperti kebutuhan.

Ketika Anda melihat sesuatu pada karyawan yang tidak mereka lihat — setidaknya belum — mereka sering berusaha keras untuk memenuhi kepercayaan yang Anda miliki di dalamnya.

Itu terjadi pada saya. Saya mengikuti olah raga gulat saat kelas sembilan. Gugup, takut, terancam — semuanya saya rasakan. Seminggu atau lebih saat ingin latihan saya mendengar pelatih berbicara dengan salah satu dari para senior. "Anak itu," katanya, merujuk kepada saya, "akan menjadi juara negara bagaian saat dia menjadi seorang senior."

Prediksi itu terbukti salah. Ternyata aku tidak bisa. Tapi saat itu aku langsung merasa lebih percaya diri, lebih yakin, dan sangat termotivasi. Perasaan itu berlangsung untuk waktu yang lama.

Dia percaya pada saya. Dan saya pun mulai percaya pada diri sendiri.

Mereka membantu karyawan
Karyawan yang membutuhkan sesuatu — apakah itu hari libur, bantuan, atau istirahat, sering datang kepada Anda.

Mereka rentan karena mereka butuh.

Mengambil sedikit beban mereka dan menguranginya. Anda mungkin tidak dapat memberikan apa yang mereka inginkan, tetapi Anda dapat membantu masalah mereka dengan belas kasih dan kemurahan hati dan, sedikit kebaikan.

Jangan biarkan seorang karyawan berdiri dengan penuh masalah. Itu adalah salah satu perasaan terburuk yang pernah ada — dan Anda sebenarnya dapat membuat perasaan buruk itu langsung menghilang

Wednesday, September 26, 2012

Kisah Dua Ekor Tikus


Di dalam got yang gelap hiduplah dua ekor tikus yang saling bersaudara. Suatu saat kedua ekor tikus ini melihat sebuah roti keju dari lubang sebuah selokan. Tikus-tikus ini ingin sekali memakannya tetapi sayang lubang selokan itu tertutup oleh jeruji besi yang sangat kuat.
Kedua tikus ini berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan jeruji besi itu dengan gigi-gigi mereka yang tajam tetapi gigi mereka mulai rusak karena jeruji besi itu terlalu keras bagi gigi mereka yang kecil.
Kedua ekor tikus ini kecapaian, dan butuh istirahat. Tikus pertama berkata dalam hatinya: “Aku tidak akan menyerah, setelah ini aku akan menghancurkan jeruji besi itu dengan sekuat tenagaku. Pantang menyerah adalah pangkal dari keberhasilan !” Tikus kedua termenung dan berpikir : “Aku akan kehilangan semua gigiku jika aku nekat menggigiti jeruji itu. Ada baiknya kalau aku mengambil jalan lain saja untuk mendapatkan roti keju itu.”
Setelah beristirahat sejenak, tikus pertama mulai menggigiti lagi jeruji besi itu dengan sekuat tenaga sedangkan tikus kedua mundur diri dari usahanya. Melihat tikus kedua mundur diri tikus pertama mulai mengejek saudaranya itu katanya : “Kamu itu sifatnya mudah menyerah dan tidak ulet bekerja, mana mungkin kamu bisa berhasil dalam kehidupanmu?” Tikus kedua tidak mempedulikan ejekan saudaranya, dia mundur mencari jalan lain ke tempat roti keju itu.
Akhirnya tikus kedua berhasil memperoleh jalan ke tempat roti keju itu sedangkan tikus pertama kelelahan dan hancur giginya karena menggigiti jeruji besi itu.
Cerita ini merupakan cerita yang agak kontradiktif tetapi yang ingin disampaikan dari cerita ini adalah hendaklah kita memakai kejelian dan kecerdasan kita untuk memecahkan masalah kita dan bukan hanya mengandalkan keuletan dan kerajinan kita untuk bekerja. Pantang menyerah cukup baik, tetapi jika tanpa kecerdasan semuanya sia-sia, maka pakailah kecerdasan kita.

Kisah Si Penebang Pohon

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. 
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon. 
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”. 
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi. 
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?” 
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang. 
“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. 
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. 
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru !
Penulis : Andrie Wongso